Kamis, 10 November 2011

LAPORAN GEOLOGI DASAR


`BAB I
PENDAHULUAN

A.    Ruang Lingkup Praktek Lapang
    Lingkup pokok penelitian telah menjadi suatu wilayah tertentu yang akan dijadikan sebagai perbandingan pembelajaran tentang gejala – gejala geologi. Dimana gejala tersebut akan dihubungkan dengan apa yang telah didapatkan selama proses pelajaran di kelas.
            Geologi sebagai dari pengetahuan alam yang mempelajari segala sesuatu tentang gejala-agejala yang terdapat  dipermukaan dan didalam bumi. Dalam menkaji dan mempelajari ilmu geologi tidak cukup hanya berbekal teori, tetapi juga sngat diperlukan pengalaman langsung di lapangan. Dalam hal ini alam berfungsi sebagai laboratorium universal karena pengetahuan geologi bukanlah semata – mata  pengetahuan yang eksak seperti halnya ilmu fisika maupan matematika.
            Pengembangan pokok bahasan akan jauh lebih baik jika mahasiswa melakukan observasi langsung di lapangan sesuai kondisi alam yang dimiliki  olej wilayah yang diamti. Dengan begitu akan lebih mempermuda pemahaman mahasiswa untuk memahami teori yang telah diperoleh sebelumnya dan mengetahui kebenaran yang ada tentang gejala- gejala geologi di muka bumi.

B. Latar Belakang Praktek Lapang        
            langkah persiapa sebelum menuju lokasi praktek lapang adalah penelusuran teori dan konsep-konsep yang menjelaskan tentang objek studi yang akan dikunjungi. Kajian teori tentang objek sangat dibutuhkan untuk mempertajam dan mengarahkan pemahaman pengamat pada berbagai gejala geologi.
         Pelaksaan praktek lapang ini didasarkan pada kuriukulum tahun 2006/2007 pada semester genap, untuk menunjang tercapainya pembelajaran geografi. Waktu pelaksanaan praktek ini dilaksanakan Selama tiga hari yaitu dari tanggal   mei sampai  mei 2007. praktek lapngan ini dimaksudkan untuk menyusaikan antara teori yang diterima dengan objek lapangan. Karena kita tahu bahwa kajian gelogi belum cukup lengkap jika sebatas teori saja, sehingga praktek lapang sangatlah penting untuk dilaksanakan karena dapat membantu memperdalam ilmu yang diterima khususnya pada mata kuliah geologi umum.

B.   Tujuan Praktek Lapang
      Adapun tujuan dilaksanakannya praktek lapang ini antara lain :
a.     Melatih mahasiswa mengobservasi, mengukur dan mengumpulkan data geologi Lembah Mallawa.
b.     Melatih mengumpulkan data, mengelola dan menginterpretasi data yang dikumpulkan melalui observasi mengukuir dan cara mengumpulkan yang lainnya untuk menyusun karya ilmiah geologi.
c.      Dilatih menjadikan lapangan sebagai salah satu media pembelajaran.
d.     Membentuk sikap dan perilaku cinta lingkungan kepada para mahasiswa

C.   Persipan
            Sebelum berangkat praktek lapangan, maka terlebih dahulu kami melakukan persiapan –persiapan, agar  memudahkan dalam pelaksanaan praktek lapang yang akan dilaksanakan. Adapun persiapan –persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      pembentukan kepanitian
            pembentukan kepanitian ini dimaksudkan agar memudahkan jalannya praktek lapangan, seperti hal dalam kepengurusan proposal, persuratan, izin dan hal – hal lainnya yang menyangkut praktek lapang, yang dalam hal ini adalah mahaiswa jurusan geografi yang memprogram mata kuliah ini.
2.      menkaji proposal praktek
            setelah kepanitian praktek lapangan telah terbentuk, maka langgka selanjutnya adalah mengkaji proposal penelitian. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan praktek lapang nantinya dapat lebih terarah.

D.   Waktu dan lokasi praktikum
            Praktek lapang ini dilaksanakan selama tiga hari, yaitu mulai tanggal   Mei s/d    Mei 2007. adapun lokasi praktek lapang ini yaitu di  Desa Samaenre Kec. Mallawa, Kab. Maros.

E.   Alat dan bahan
a.     Alat :
Ø Kompas geologi dan kompas biasa
Ø GPS
Ø Peta topografi dan peta geologi wilayah praktek
Ø Klinometer altimeter
Ø Rol meter
Ø Kamera
Ø Mistar derajat
b.    `bahan :
Ø  Kertas folio
Ø  Kantong sampel
Ø  HCL
Ø  Kertas HVS
Ø  Kertas karbon
Ø  Pensil
Ø  Kertas grafik


F.    Peserta praktek lapang
            Adapun peserta dari praktek lapang ini yaitu mahasiswa jurusan Geografi yang memprogramkan mata kuliah geologi umum, baik dari prodik pendidikan geografi ataupun dari prodi geografi murni.

























BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Tektonisme  Dan Vulkanisme Sebagai Tenaga Geologi
1.      Tektonisme
              tenaga tektonik yaitu gaya atau kekuatan yang bekerja didalam lapisan bumi danj menimbulkan pergeseran batuan secara vertikal dan horizontal. Tenaga tektonik terbagi atas dua macam, yaitu:
Ø  Epirogenesa, yaitu peristiwapergeseran lempeng yang terjadi pada wilayah yang sangat luas, akibat adanya tekanan atau gaya yang arahnya vertical danb dalam waktu relative lama.
Ø  Orogenesa, yaitu peristiwa pergeseran lempeng yamng terjadi pada wilayah yang lebih sempit dari pada epirogenesa, akibat adanya gaya yang arahnya horizontal ataupun vertical dan terjadi dalam waktu relative cepat. Kekuatan ini menyebabkan perubahan pada bentuk lapisan batuan, misalnya terjadi patahan dan lipatan lapisan bumi.
a. Patahan
          Batuan dipermukaan bumi tidak semua merupakan massa yang padat dan homogen, tetapi ada juga batuan yang bersifat kaku (tidak liat). Patahan dapat dibentuk oleh gaya tekanan ataupun tarikan. Apabila tekanan bekerja pada batuan yang tidak bersifat liat, maka batuan tidak ini tidak melengkung, tetapi akan patah. Patahan merupakan fenomena yangumum pada batuan yang berlapis – lapis, seperti pada batuan sediment.
b. Lipatan
            berbeda dengan batuan yang kaku (tidak bersifat liat), batuan yang bersifat liat tidak mengalami peristiwa patahan akibattekanan atau tarikan, melainkan akan mengalami proses lipatan. Lipatan yang umum ditemukan adalah bentuk lipatan yang terjadi akibat kekuatan yang teratur dan peralel.    


2.   Vulkanisme
            Vulkanisme adalah peristawa pembentukan uka bumi yang berhubungan daengan aktivitas gunumg api. Dapur magma memiliki daya yang besar, sehingga mampu menembus lapisan bumi dan mengeluarkan material dipermukaan bumi (ekstrusi magma). Teta[pi magma tidak selamanya mampu keluar dipermukaan bumi , hal ini dapat disebabkan karena lapisan batuan yang ada diatasnya sangat kuat . selain dari inti bumi, magma juga dapat dapat berasal dari daerah yang lokasinya tidak berada jauh dari permukaan bumi. Magma ini dapat terbentuk karena adanya pergeseran antar lempeng yang menimbulkan panas, yang mampu melelehkan material yang ada disekitarnya.
                Akibat adanya peristiwa ini , banyak hal yang terjadi. Misalnya, pembentukan lahan baru seperti pembentukan danau kawah, dan terdapatnya sumber air panas di sekitar daerah tersebut.

B. Jenis – Jenis Batuan
            Batuan merupakan bagain kulit bumi dalam bentuk padat dan terbentuk oleh agregrasi partikel mineral. Sebagian besar batu merupakan campuran dari beberapa mineral yang tidak mempunyai ramuan yang pasti, seh8ngga sebutir batu dengan butiaran batu lainnya maungkin berbeda unsurnya.
            Menurut asal – usulnya, batuan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, antara lain :
1.      Batuan beku
            Batuan beku merupakan batuan hasil pendinginan batuan cair pijar (magma) yang berasal dari dalam permukaan bumi. Magma yang keluar dari dalam bumi juga dapat mengalami proses pembekuan pada saat perjalanan ke permukaan bumi. Pembekuan magma ada yang masih berada di sekitar dapur magma, berada di dalam lubang perjalanan(korok) dan ada yang membeku di permukaan bumi. Oleh karena itu , batuan beku terbagi atas tiga bagian menurut tempat pembekuannya, yaitu :
Ø  Batuan Plutonik ( batuan beku dalam), yaitu batuan yang membeku di dalam dapur magma. Proses pembekuan batuan ini secara perlahan – lahan sehigga ablur – ablurnya tumbuh secara wajar. Hasil pembekuaan ini adalah batuan yang seluruhnya terdiri dari hablur (kristal). Misalnya, batuan granik.
Ø  Batuan intrusive (batuan korok), yaitu batuan yang tempat membeku di antara dapur magma dengan permukaan bumi (korok). Misalnya, batuan batolit. 
Ø  Batuan ekstrusif (batuan beku luar), yaitu batuan yang membeku di  permukaan bumi. Batuan ini prses membekunya secara cepat sehingga hablur – hablurnya halus. Misalnya, batu kaca dan batu apung.
2.      Batuan sedimen
Batuan sediment adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat perombakan atau terkikisnya batuan dari suatu tempat kemudian di endapkan secara berlapis – lapis di tempat lain. Setelah mengalami proses pengerasan, yakni perekatan dan penekanan dalam waktu yang lama, sediment akhirnya dapat membantu.
Menurut proses pembentukannya, batuan sediment dapat digalongkan menjadi tiga golongan yaitu :
Ø  Aluvial, yaitubatuan sedimen yang dibentuk dan diendapkan oleh sungai – sungai. Misalnya, pasir dan tanah endapan ditepi sungai.
Ø  Batuan sedimen mudah, batuan yang tidak dipengaruhi oleh gerakan orogen. Pada lapisan batuan ini sering terdapat tambang minyak bumi. Misalnya Lumpur lunak.
Ø  Batuan sediment tua, yaitu batuan sediment yang sudah melengkung atau terlipat bahkan retak oleh gaya endogen. Misalnya.. batua serpih.
        Menurut bahan asal pembentukannya, batuan sediment dapat dibedakan menjadi tiga bagian antara lain :
v Batuan sedimen klastis, yaitu batuan yang terbentuk oleh disintegrasi batuan asal melalui proses pelapukan. Proses transportasi oleh air atau angin dapat mengubah atau memperkecil pecahnya batuan dalam berbagai ukuran dan bentuk. Batuan sedimen klastis dapat dibagi atas sub bagian, yaitu :
a). batuan sediment yang butiranya sangat halus, misalnya tanah liat
b). batuan sediment yang butiranya halus sedang, misalnya pasir.
c). batuan sediment yang butiranya kasar, misalnya breksi dan konglomerat.
v Batuan sediment organis, yaitu batuan yang berasal dari kegiatan organisme. Misalnya batu kapur.
v Batuan sediment kimiawi, yaitu batuan yang terbentuk karena proses kimiawi.misalnya evaporit.
3.      batuan metamorfosa
      batuan metamorfosa adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat tekanan yang berat dan mendapat sentuhan temperature yang tinggi di dalam bumi. Batuan ini berasal dari batuan beku ataupun sediment yang terbentuk akibat adanya tekanan dan temperatur yang tinggi dalam waktu yang sangat lama.

Jenis batuan malihan / metamorfosa yaitu :
·        batu marmer yang berasal dari batu gamping
·        batu sabak, yang berasal dari batu serpih
·        batu gneiss, yang berasal dari batu granit
·        batu bara keras / grafit yang berasal dari bara lunak
·        pasir kuarsa, yang berasal dari batuan pasir.
C.    Daerah Karst
               Karts merupakan batuan kapur pegunungan yang terbentuk dalam proses yang memerlukan waktu sangat lama dan merupakan salah satu kerja tenaga geologi asal dalam (tenaga endogen). Daerah karst terjadi dari pengendapan binatang koral yang terhempas kepantai akibat adanya tenaga endogen. Epirogenesa dan orogenesa, terjadi pengangkatan dasar laut hingga terjadi gunung kapur.
               Pemadangan tentang bentang alam karts sebagai hasil pelarutan oleh air pada batuan kapur yang dimulai dengan adanya daratan tinggi batuan kapur yang menjulang keatas permukaan laut. Belum lama sesudah itu di tekan keatas maka batu kapuir ini adalah kedap air, sehingga air hujan jatuh mengalir pada bagian permukaan, karena batu kapur ini mempunyai tingkat tembus air yang sangat kecil sekali. Walaupun memiliki cela, mempunyai diaklas – diaklas itu menjadi demikian lebarnya pengaruh pelarutan.
Adapun gejala – gejala karts yaitu:
ü  Bentukan – bentukan sinkholes, tetapi jumlahnya sangat terbatas
ü  Pelarutan air biasanya meninggalkan residu tanah liat merah menutupi permukaan tanah dan celah – celah permukaan kapur.
ü  Alur – alur hujan pada batuan kapur yang vegitu lanjut usia, karena masih dangkal – dangkal terdapat beban tempat beban tempat terutama pada bagian yang kurang vegetasi dan terrarossanya.
ü  Pengaliran di bawah tanah
ü  Sisa pelarutan di bawah dibukit – bukit kerucut atau conical hilleks terdapat sendiri- maupun terdapat kumpulan – kumpulan.
ü  Gua – gua umumnya terdapat kaki dinding kapur terjal.
D.    Dolina
Dolina adalah lekuk – lekuk yang berbentuk corong dan dibentuk oleh daya air yang melarutkan batu gamping. Ada beberapa dolina yaitu : dolina yang berbentuk piring, dolina yang berbentuk corong dan dolina runtuhan.










BAB III
METODE PRAKTEK LAPANG

A. Shoting dan Ploting
            Kegiatan shoting dan ploting dimaksudkan untuk mengetahui posisi kita dalam suatu peta. Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam kelancaran penelusuran daerah yang masih cukup asing pada praktek lapang, sehingga kita tidak tersesat. Kegiatan ini melibatkan peta, alat kompas, dan busur derajat.
1.      Metode Shoting
     Adapun cara – cara melakukan shoting yaitu :
a). menentukan titik – titik pasti yang bberada disekitar daerah itu. Titik pasti yaitu titik yang terlihat jelas dfi lapangan dan tergambar di dalam peta. Penentuan titik pasti harus lebih dari satu titik, semakain banyak titik pasti yang digunakan maka data yang dihasilkan semakin akurat.
b). membidaik dengan menggunakan kompas terhadap setiap titik pasti yang telah ditentukan. Dalam melakukan pembidikan, posisi pembidik tidak boleh bergeser atau berubah.
c). mencacat dat azimutnya pada tiap – tiap titik pasti.
2.  Metode Plooting
     Adapun cara – cara melakukan plooting, yaitu :
a). menyediakan peta yang akan di plot, kemudian menandai lokasi yang z.
b). memberikan garis Bantu terhadap setiap titik pasti berupa setiap garis   vertical dan horizontal yang saling berpotongan di titik pasti.
c). menentukan arah kebalikan dari arah azimuth yang sebenarnya, kemudian arah kebalikan tersebut digambarkan pada peta dengan menggunakan busur derajat dan menandainya dengan berupa titik.
d). menarik garis dari titik pasti hingga melewati titik yang telah ditandai, yang merupakan titik arah kebalikann dari arah sebenarnya. Hal ini dilakukan pada setiap titik pasti.
e). titik pertemuan dari garis – garis yang telah ditarik dari setiap titik pasti menunjukkan posisik] kita di dalam peta pada saat melakuakan shooting
f). apabila garis – garis tersebut tidak tepat berpotongan antar satu dengan yang lain (membentuk suatu pola bangun ruang), maka titik pengamatan dapat diketahui dengan menentukan titik beratnya.misalnya, apabila pertemuan garis – garis tersebut membentuk pola segi tiga, maka penentuan titik beratnya dengan cara menarik garis dari setiap titik sudut ke pertengahan sisi depan sudut sehingga terbentuk sebuah titik poting dari garis garis tersebut. Titik berat itulah yang menunjukkan titik tempat kita melakukan shooting.
B. Strike dan Deep
           Strike adalah arah jurus pelapisan pada lapisan batuan. Untuk mengukur arah strike, terlebih dahulu mencari pelapisan yang strategis untuk mengadakan pengukuran. Adapun tehnik – tehnik pengukuran strike yaitu :
Ø  Letakkan board field (papan pengalas) pada tempat yang telah dipilih untuk melakukan pengukuran.
Ø  Buka kompas geologi kemudian letakkan pada board field dengan posisi yang tegak lurus dengan arah kemiringan.
Ø  Usahakan kompas menghadap keatas dan tidak miring dengan melihat posisi gelembung pada nivo kontak.
Ø  Setelah gelembung pada nivo kontak sudah seimbang dan jarum kompas sudah tidak bergerak, maka bacalah hasil penunjang jarum kompas bertanda kuning, itulah arah strikenya.
        Deep adalah sudut kemiringan lapisan batuan. Cara menentukan deep dengan manggunakan kompas geologi sebagai berikut:
Ø  Letakkan kompas geologi pada board field mengikuti arah kemiringan batuan. Miringkan kompas hingga menghadap kesamping.
Ø  Usahakan tabung nivo dapat dibaca, karena kecilnya alat sehingga  sewaktu ingin membaca nivo badan dimiringkan ketanah.
Ø  Gerakan handdle penggerak sehingga gelembung pada tabung nivo seimbang.
Ø  Jika gelembung pada tabung nivo sudak seimbang, angkat kompas tanpa mengubah posisi handle penggerak.
Ø  Baca sudut deep yang berada pada lingkaran tengah. 
C. Oservasi Lapangan
         Kegiatan observasi lapangan ini adalah merupakan suatu kagiatan pokok dalam melaksanakan praktek lapang ini. Dengan kegiatan ini kita berusaha untuk mengumpulkan gejal yang ditimbulkan selama observasi. Dalam kegiatan ini, keseriusan dan ketelitian yang tinggi sangat diperlukan bagi para peserta praktek lapang, agar data yang didapatkan dapat lebih akurat, mengingat hasil dari observasi lapngan ini akan dituangkan kedalam lembaran – lembaran kertas berbentuk sebuah laporan yang nantinya akan menjadi salah satu panduan kita dan adik – adik mahasiswa kelak.
            Ada beberapa metode yang digunakan dalam observasi lapangan, yaitu:
1.      Metode Road Travels
 Netode ini digunakan pada saat kita melewati jalan raya. Sepanjang jalan akan nampak oleh kita beberapa gejala geologi yang sangat menarik perhatian untuk dijadikan sebagai objek penelitian 
2.      Metode River Travels
Perjalanan menelusuri sungai ini di tempuh apabila daerah objek berada pada pinggir sungai atau harus melalui sungai tersebut untuk dapat mencapai lokasi yang dimaksud. Dalam perjalan menelusuri sungai maka akan tampak oleh mata kita berbagai gejala geologi, baik yang disebabkan oleh hasil kerja air sungai ataupun kaerena factor lain.
3.      Compas Travels
 Perjalan dengan menelusuri arah kompas dipergunakan apabila kita berada didalam hutan atau untuk mempercepat rute yang akan kita tempuh. Sebagai contoh, apabila kita ingin menuju ke daerah X yang berada di daerah selatan, maka dengan petunjuk kompas kita akan menempuh perjalanan sesuai dengan arah selatan yang ditunjukkan oleh kompas tersebut
BAB IV
 DESKRIPSI LOKASI PRAKTEK

Proses pembentukan lembah Mallawa
             lembah Mallawa merupakan lembah yang sangat luas, struktur lembah ini sangat kompleks karena di dalamnya terdapat berbagai gejala – gejala yang menjadi objek studi dalam ilmu geologi, antara lain terdapat patahan, lipata dan sesar. Bahkan yang paling menonjol adalah struktur patahan yang berbentuk tangga, dapat dilihat dari keberadaan batuan gamping atau  batu kapir pada ketinggian yang berbeda – beda. Lembah Mallawajika di lihat dari keberadaan informasi batuan yang ada, dapat dikatakan bahwa batuan yang paling dominan adalah batu kapur, sedangkan batu lainnya adalah antara lain : batu sabak, batu bara, batu konglomerat dan batu bolder.
             Lembah Mallawa yang bervariasi dengan struktur patahan lipatan dan susunan batuan yang ada seperti gamping, sabak, diorit, konglomerat, dan lain- lain menunjukkan bahwa gaya dan proses yang bekerja dilembah Mallawa adalah daya asal dalam atau tenaga endogen yang pertama membentuknya seiring dengan pembentukan lengan selatan Sulawesi yang sudah tiga kali masa pengangkatan.
              Atas dasar petunjuk batuan yang ada di Lembah Mallawa maka diadakan analisa mengenai terjadinya Lembah Mallawa pada lengan selatan sulawesi dikenal adanya dikenal sebagai depresi. Depresi yang ada di daerah ini ada dua yaitu : depresi Walenai dan depresi Tempe di lokasi praktek lapang merupakan dari depresi Walenai
               Teori tentang terbentuknya patahan depresi ini adalah telah banyak dikemukakan oleh ahli geologi, antara lain E.Sues yang mengatakan patahan itu terjadi karena gaya tarikan. La Conte mengataklan bahwa patahan terjadi karena gaya mendatar atau tangent sial. Pemikiran La Counte ini di dukung oleh penyelidikan Solomon dan akhirnya Clos yang mengatakan pikiran yang sama dengan pendapat dari La Conte.
                Depresi menurut pengertian adalah merupakan daerah bertekanan rendah di kelilingi oleh daerah bertekanan tingg. Terjadinya lapisan kerak bumi yang demikian ini tidak lain karena addanya tangan sial yang merupakan atau menyebabkan terjadinya pelengkungan. Jika pengangkatan kerak bumi itu terjadi maka bagian yang berada di bawah lengkungan itu menjadi kosong, karena telah sampai pada batas elastisitasnya. Dengan demikian maka bagian puncak dibawahnya merupakan tempat yang bertekanan rendah yang merosot turun. Jadi istilah depresi tidak terbatas pada daerah gaben saja tetapi termasuk juga yang menjadi Horts. Bagian yang merosot pada sistem depresi gaya yang membentuk Lembah Mallawa adadlah gaya asal di dalam yaitu pengangkatan akibat tekanan dari perut bumi yang besar. Seperti yang kita lakukan bahwa penbentukan lengan selatan Sulawesi mengalami pengangkatan sebanyak tiga kali.
              Menurut Van Bemlen, wilayah lengan selatan padda mulanya masih merupakan bekuan yang sangat luas masih memungkinkan terbentuknya batu bara dan batukapur Miocene, kemudian mengalami pengangkatan dengan beberapa terobosan vulkan yang menghasilkan batuan andesit. Pada saat ini lembah mengalami patahan sehingga sedimen masih bersambungan. Sedangkan pada saman Neogene mudah telah membentuk patahan – patahan bahkan pada bagian tengah anti inilah hai besar pada bagian selatan terbentuk depresi Walenai pada celah – celah patahan magma menyusup di pinggir timur dan barat depresi tersebut olehnya itu tidak mengherankan jika di daerah kapur ditemukan batuan berupa drorit diperkirakan pada saman kuarter telah pecah menjadi pecahan – pecahan telah menambahkan kondisi yang mantap dan bagian dari pecahan – pecahan yang besar telah pecah menjadi patahan yang sempit dan bertangga. Itulah sebabnya di Lembah Mallawa terjadi patahan tangga yang cepat dilihat dadri susunan batu gamping.
       


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Titik Pengamatan Dengan Tehnik Shooting Dan Plooting
1. Data Hasil Kegiatan Shooting
No.
Titik pasti
Azimut
Arah kebalikan azimut
1
2
Bukit Malempong
Bukit Lekke
N 315 E
N 200 E
N 130 E
N 20 E

2. Hasil Plooting
Gmbr. Hasil Plooting Lembah Mallawa
Keterangan :
1.      Bukit malempong                
2.      Bukit Lekke
3. Titik Pengamatan




B.     Pembahasan Gejala – Gejala Geologi Di Lokasi
Pada pembahasan ini akan digambarkan gejala – gejala yang ditemukan dilapangan hasil observasi berdasarkan penampakan yang ada. Kenampakan ini dikelompokkan berdasarkan lokasi.
1.      Sumber air panas
Di daerah lokasi praktek lapang, tepatnya di bagian timur bukit Malempong Desa Samaenre Kec. Mallawa Kab. Maros, terdapat sumber air panas. Terbentuknya mata air panas ini akibat dari pengaruh peristiwa vulkanis. Adapun prosesnya yaitu dimulai dengan terjadinya batuan intruksi kemudian batuan intruksi ini akan mengalami tahap proses pembekuan menjadi batuan beku. Penurunan suhu dari proses ini berjalan sangat lambat sehingga batuan intruksi tersebut masih menyimpang panas. Apabila air yang mengalami proses perkolasi melewati dinding batuan yang bersinggungan langsung dengan batuan intruksi atau melewati aquifer yang terbentuk pada batuan intruksi tersebut, maka suhu pada air tersebut akan meningkat sesuai dengan suhu panas yang dimiliki batuan tersebut, sehingga keluarlah air tersebut di permukaan bumi sebagai mata air panas. Mata air panas ini mengandung zat belerang (sulfur). Hal ini dapat dibuktikan dengan baunya (bau belerang) dan juga warnanya yang agak sedikit kekuningan. Zat belerang ini berasal dari sekitar aquifer yang terlarut oleh air panas akibat dari suhu air yang cukup tinggi.









 










Gbr. Lokasi Mata Air Panas                                                                                                                                 
Tidak jauh dari sumber air panas, tepatnya dibagai disebelah kiri terdapat aliran air dingin. Aliran air ini sebenarnya berasal dari mata air yang sedikit jauh dari sumber mata air panas yang mengalir melal;ui sawah – sawah penduduk.
Selain itu ditemukan pula formasi batuan yang berbeda di sekitar lokasi, yaitu :
a.      Batu Konglomerat
Batu konglomerat ini terbentuk akibat adanya proses pengendapan yang terjadi di aliran sungai, dimana materialnya berasal dari batuan yang berasal dari sungai. Hasil endapanya ini kemudian mengalami proses penekanan yang cukup halus dan bulat ini disebabkan karena batuan ini  jauh terguling dan terbawa oleh air sungai sehingga tingkat pengikisannya cukup besar
b.      Batu gamping atau batu kapur
Persebaran batu gamping disekitar lokasi mata air panas hampir mendominassi wilayah tersebut. Singkapan batuy gamping ini membuktikan bahwa daerah ini sebelumnya merupakan wilayah lautan.batu gamping ini sebenarnya berasal dari sisa –sisa binatang koral dan mahluk laut lainnya yang hidup di dasar laut. Namun, karena akibat adanya proses pengangkatan olehtenaga endogen, maka batuan tersebut dapat berada di daerah daratan.
2.       Dolina
Daerah Mallawa merupakan daerah karts, yaitu daerah yang dulunya merupakan daerah laut, dan akibat tenaga endogen, wilayah ini mengalami pengangkatan menjadi sebuah daratan. Oleh karena itu, hampir semua permukaan daerah Mallawa tertutupi oleh lapisan batu karts.
Sifat dari batuan atau lapisan kapur ini yaitu mudah larut oleh air. Air dapat mengikis batu kapur ini, baik pada lapisan dalam batuan, maupun pada lapisan permukaan batuan. Apabila pengikisan oleh air yang melalui diaklas atau pronour terjadi secara terus – menerus pada lapisan endokarts, maka dapat terbentuk rongga kosong didalamnya. Ketika daya resistensi batuan sudah tidak dapat lagi menahan gaya gravitasi bumi, maka lapisan yang berada di atasnya menjadi runtuh, sehingga terbentuklah sebuah dolina runtuhan.
Selain itu, dolina dapat juga terbentuk akibat pengikisan ole air pada permukaan lapisan kapur. Proses terbentuknya mulai dari meresapnya air melalui retakan/diaklas ataupun pronour yang berada diatas permukaan batuan. Peresapan oleh air ini mengakibatkan pengikisan – pengikisan secara sedikit demi sedikit, dan dalam waktu yang cukup lama ponour atau retakan tersebut akan semakin membesar membentuk seperti corong sehingga terbentuklah sebuah dolina.
Jenis dolina yang banyak ditemukan di desa Samaenre ini yaitu jenis dolina runtuhan, karena terbentuknya tidak seperti corang melainkan bentuknya seperti dasar tabung. Dolina – dolina ini banyak ditemukan di bagian tengah persawahan penduduk dan ada juga yang ditemukan di bagian sisi jalan masuk desa Samaenre. Kumpulan dari beberapa dolina dalam satu lokasi seperti yang ada di bagian tengah persawahan disebut Upala.





 









Gbr. Lokasi dolina



















3.      Batu Bara
            lokasi batu bara berada di sisi jalan masuk Desa Samaenre, tepatnya di bagian aliran sungai kecil yang sekitarnya banyak terdapat pohon nipah. Situs lokasi ini berupa hamparan lapisan tanah liat. Situs ini merupakan hal yang umum dijumpai di lokasi yang mengandung batu bara.
Proses terbentuknya batu bara yaitu dimulain dari sisa –sisa vegetasi yang berupa batang tumbuhan yang telah tumbang di daerah rawa-rawa. Batang tumbuhan ini kemudian akan tertutupi oleh Lumpur - Lumpur yang berada di rawa-rawa. Akibatnya, organisme pengurai tidak dapat mengurainya, sehingga batang tumbuhan ini tidak mengalami kerusakan (tetap utuh) dan akan tetap mengendap. Akibat peningkatan tekanan dan suhu dalam waktu yang cukup lama, kadar H2O pada endapan vegetasi tersebut akan semakin berkurang, sehingga yang tersisa hanya tinggal unsur karbonnya saja, maka terbentuklah batu bara.
Kualitas batu bara dapat diukur dari kadar C yang di kandungnya. Semakin banyak kadar C yang dimiliki oleh batu bara, maka akan semakin baik kualitasnya. Berdasarkan kadar C yang dikandungnya, batu bara dibedakan atas :
1.gambut                        3.  kalsit              
2.batu bara muda           4.   kwarsit
 












Gbr. Lokasi Batu Bara














4. Singkapan Batu Serpih
Lokasi singkapan batun serpih berada dipinggiran sungai yang cukup di desa Samaenre.batu serpih berasal dari lempung yang mengendap di dasar laut, yang telah mengalami proses penekanan yang cukup kuat dalam kurung waktu tertentu.kemudian akibat adanya tenaga endogen (terjadinya lipatan), dasar laut tersebut bersama dengan batu serpih tersebut mengalami pengangkatan menjadi sebuah daratan. Di daratan akibat adanya erosi air sungai dan air hujan, batu serpih tersebut akan tersingkap.
Lapisan batu serpih memiliki ketebalan yang berbeda – beda. Hal ini diakibatkan karena perbedaan jumlah curah hujan yang turun kepermukaan bumi. Apabila jumlah curah hujan yang turun di permukaaan bumio sangat besar, jumlah material yang tererosi dari darat ke laut juga besar, sehingga mengakibatkan lapisan sediment yang mengendap sangat tebal. Begitupun sebaliknya, apabila jumlah curah hujan yang turun dipermukaan bumi sangat kecil, maka jumlah material yang tererosi dari daratan yang menuju ke laut juga sedikit, sehingga mengakibatkan lapisan sidemen yang mengendap di dasar laut sangat tipis.
Pada sisi kanan batu serpih tersebut, ditemukan pula jenis batu pasir yang formasi batuannya hampir sama dengan batu serpih.batu pasir ini juga terbentuk di dasar laut, dan mendapatkan tekanan yang cukup besar dalam waktu tertentu.namun, material penyusupnya yaitu bukan dari lempung tetapi dari material pasir, sehingga apabila diamati lebih jelas, tampak nyata retakan –retakan pasir yang menyatu pada batu pasir tersebut. Sama halnya dengan batu serpih, batu pasir juga memiliki ketebalan yang berbeda – beda sesuai dengan jumlah curah hujan yang turun (tergantung oleh musim).       
 










Gbr. Lokasi Singkapan Batu Serpih







BAB V
PENUTUP

A.   kesimpulan
berdasarkan hasilpengamatan  dan observasi di Lembah Mallawa, maka dapat kami simpulkan :
1.      Daerah Mallawa merupakan lembah yang dikelilingi oleh 3 bukit, yaitu Bukit Lekke, Bukit Malempong, dan Bukit Samaenre.
2.      Mata air panas dapat terbentuk apabila perlokasian air tanah yang melalui aquifer bersinggungan langsung dengan batuan intruksi.
3.      Dolina dapat terbentuk akibat adanya pengikisan air terhadaplapisan batuan kapur, baik pada permukaan batuan kapur maupun pengikisan pada endokarst yang dapat menyebabkan runtuhan.
4.      Batu bara berasal dari sisa – sisa tumbuhan yang mengendap di lahan Lumpur, yang mengalami peningkatan tekanan dan suhu, sehingga memacu kadar H2O semakin berkurang, dan yang hanya tersisa yaitu unsur karbonnya saja.
5.      Terdapatnya singkapan batu gamping dan batu serpih di daerah Mallawa menunjukkan bahwa lokasi tersebut sebelumnya adalah sebuah lautan.

B.   Saran
a.      Diharapkan kepada rekan –rekan mahasiswa agar dapat memahami gejala – gejala atau fenomena geologi yang ditemukan pada saat praktikum
b.      Diharapkan pula kepada rekan mahasiswa dalam praktikum harus lebih teliti dan serius dalam melakukan praktek supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
c.      Khusus bagi pemerintah setempat diharapkan agar selalu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan, baik lingkungan biotic maupun lingkungan abiotik.
DAFTAR PUSTAKA

Katili, J.A.Dr. dan Marks. P. Dr. Geologi Umum, Deoartemen urusan Research Nasional : Jakarta
Lance. O, Ivanova. M, Lebedeva. N. Geologi Umum, Gya media Pratama,: Jakarta.
Safaruddin, Laporan praktek lapang lembah Mallawa jurusan geografi, FMIPA UNM 2004.
Waluyo, Teguh. 2004. Geografi. Jakarta : Erlangga


.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar