Kamis, 10 November 2011

laporan kartografi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Dasar Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktikum Mata Kuliah Kartografi didasarkan pada Kurikulum 1994 yang dialokasikan pada semester genap, jumlah jam praktikum disediakan waktu sebanyak 48 jam atau setara dengan tiga hari kerja lapang.         
B.     Tujuan Praktikum Lapang  
  1. Tujuan Umum
a.       Melatih mahasiswa dalam memahami cara-cara pengukuran lapang dengan menggunakan alat non optik dalam hal ini adalah kampus dan rol meter.
b.      Melatih mahasiswa dalam memahami cara pengukuran lapang dengan menggunakan alat optik dalam hal ini adalah theodolit dan menggunakan peta dari hasil pengukuran.    
  1. Tujuan Khusus
a.       Terampil menggunakan kompas untuk pengukuran lapang.
b.      Terampil menggambar peta berdasarkan hasil ukuran lapang dengan menggunakan kompas, rol meter dan teodolit.
c.       Terampil melakukan ploting di lapangan untuk menggambar peta
d.      Terampil mengaplikasikan metode pengukuran lapang dalam menyusun perencanaan pemetaan di lapangan.
e.       Terampil menggunakan alat ukur lapang (theodolit) guna mengambil data untuk pembuatan peta.
f.       Dapat mengolah data hasil pengukuran lapang.
g.      Terampil menggambar peta dasar dan peta tata guna lahan dari hasil pengukuran theodolit, kompas, rol meter dan plooting.                   
C.    Lokasi Praktikum
Sesuai tujuan dan jenis pengukuran yang akan dilatihkan, maka lokasi praktikum mengambil tempat yaitu di Dusun Loka Kabupaten Bantaeng.
D.    Waktu Pelaksanaan
Praktikum lapang ini direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal                      9 Desember 2005 (3 hari kerja lapang).
E.     Alat dan Bahan yang Digunakan
  1. Alat yang Digunakan
a.       Alat ukur tanah (teodolit)                         1 unit
b.      Kompas lensa                                            10 buah
c.       Kompas geologi                                        2 buah
d.      Busur derajat                                             10 buah
e.       Mistar segitiga                                           10 buah
f.       Payung alat ukur                                       1 bulan
g.      Papan alas                                                             10 buah
h.      Peta topografi lokasi                                 1 lembar
i.        Roll meter                                                 1 buah
j.        Plastik transparan                                     1 meter
k.      GPS                                                           1 buah
l.        Klinometer                                                2 buah
m.    Altimeter                                                   2  buah
  1. Bahan yang Digunakan
a.       Kertas kalkir                                              10 meter  
b.      Karton manila                                           10 lembar 
c.       Kertas milimeter                                        10 meter
d.      Pensil 2 H                                                  1 lusin


BAB II
METODOLOGI PELAKSANAAN

A.    Alat dan Bahan
  1. Theodolit
Theodolit mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Teropongnya pendek, mempunyai benang silang yang dicoretkan pada kaca dilengkapi dengan alat bidikan senapan atau komentar untuk pengarahan kasar.
b.      Lingkaran-lingkaran horizontal dan vertikal dibuat dari kaca dengan garis-garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya.
c.       Sistem-sistem pembacaan lingkaran pada dasarnya terdiri atas sebuah mikroskop dengan optika di dalam instrumen.
d.      Lingkaran vertikal diberi petunjuk seksama terhadap gaya tarik bumi.
e.       Putaran dalam sumbu I terjadi dalam baja atau pada pola bantalan poros.
f.       Bidang sekrup penyetel terdiri atas tiga sekrup atau roda sisir.
g.      Dasar atau kerangka bawah theodolit sering dirancang agar instrumen dapat saling tukar dengan alat tambahannya.
h.      Pemusat optis terpasang ke dalam dasar atau alidade kebanyakan theodolit, menggantikan bandul anting dan menyebabkan pemusatan dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi.
i.        Kotak pembawa, untuk membawa theodolit yang terbuat dari baja logam campuran atau plastik berat. Kotak pembawa biasanya ringkas, kedap air dan dapat dikunci.  
j.        Alar-alat ukur jarak dapat bersifat bagian permanen dan terpadu dari theodolit
k.      Kaki tiga, merupakan kerangka lebar yang berfungsi ganda untuk membetulkan dan mendatarkan letak theodolit     
  1. Kompas dan Rol meter
Penggunaan kompas dan rol meter maksudnya sama dengan penggunaan theodolit, yakni untuk menentukan arahnya digunakan kompas dan jaraknya digunakan tol meter.  
B.     Tata Cara/Penggunaan Alat
  1. Menggunakan Theodolit
Sebelum mengadakan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan peninjauan terhadap daerah yang akan dipetakan, karena dalam pengukuran ini yang diukur adalah panjang jalanan maka kita harus menentukan titik-titik atau tempat-tempat yang akan dipasangi patok dan penempatan patok tidak boleh asal-asalan saja.
Langkah pertama adalah penempatan patok pada tempat-tempat tertentu, misalnya pinggir jalan, sudut kelokan dan lain sebagainya. Penempatan patok ini dimaksudkan agar dalam penggambaran nantinya, hasil pengukuran sesuai benar dengan keadaan jalan, baik profil maupun penampangnya.
Sesuai dengan kesepakatan praktek lapang ini, maka alat ukur (theodolit) ditempatkan pada patok yang bernomor genap dan yang dibidik untuk ditentukan jaraknya adalah bernomor genap.
a.      Pengukuran Jarak
    1. Persiapan Alat Ukur
Kaki tiga dipasang sedemikian rupa sehingga tempat kedudukan theodolit rata. Theodolit dikeluarkan dari kotak pembawanya dan kemudian dipasang di atas kaki tiga tadi. Kemudian semua kunci setelan dibuka. Jangan lupa untung-untung bandul pemusat optis.
Text Box: Gelembung Udara
Setelah  itu kemudian nivo kotak diatur dengan mengatur naik atau turunnya setelan nivo kotak. Penyetelan dilakukan hingga gelembung air yang dalam nivo kotak tepat berada di tengah garis bulat. Sesuai gambar berikut: 




            Apabila gelembung air telah dapat berada di atas atau di dalam bulatan, berarti kedudukan theodolit sudah stabil. Kedudukan ini harus di jaga agar jangan sampai rata kembali seperti keadaan semula.
            Setelah itu maka diukurlah ketinggian theodolit dari permukaan tanah dengan bal mistar. Ketinggian harus dicatat agar tidak lupa. Cara pembacaan theodolit adalah yang dilihat pada lensa adalah batas bawah (BB) dan batas atas (BA).
            Dengan mengetahui batas bawah dan batas atas berarti jarak ukur dapat pula diketahui dengan jalan pengukuran antara batas bawah dengan batas-batas (BB-BA).
            Sebelum membidik bak mistar melalui teropong, maka terlebih  dahulu semua alat yang melengkapi theodolit difungsikan. Setelah itu teropong dibidikkan ke mistar (bak) dengan menggunakan bidikan kasar, yaitu pada bagian atas teropong diseluruskan dengan besi di ujung teropong ke arah bak mistar.
Apabila mistar kurang jelas maka sekrup koreksi diafragma distel sampai nampak lebih jelas. Kemudian garis tegak dalam lensa disejajarkan dengan bak mistar yang dibidik. Karena dalam teropong terdapat tiga buah garis vertikal, maka garis atas menunjukkan batas bawah dan garis bawah adalah batas atas.   


    1. Pengukuran Jarak
Dalam mengukur jarak, diadakan kesepakatan bahwa yang menjadi nomor genap adalah penempatan teropong theodolit dan yang bernomor ganjil adalah bak mistar yang dibidik. Dalam melaksanakan bidikan teropong dibebaskan bergerak, kemudian dibidikkan dengan bidikan kasar kemudian dilihat pada lensa apakah bak mistar sudah tampak, maka teropong segera dikunci agar tidak goyang.
Apabila tinggi theodolit sudah disesuaikan dengan tinggi mistar yang dibidik, maksudnya apabila tinggi theodolit adalah 135 cm maka yang dibidik pada bak mistar adalah 135 juga. Apabila garis tengah dalam theodolit sudah cocok dengan tinggi bak mistar maka pada theodolit garis atas menunjukkan batas bawah dan garis yang di bawah menunjukkan batas atas.
Untuk menghitung jarak ukur, maka angka yang terdapat pada garis datar bawah dikurangi dengan angka pada garis datar atas.
Misalnya: tinggi theodolit adalah 135 cm. Angka bagian atas adalah 95 dan angka pada garis datar bagian bawah adalah 135 maka jarak ukurnya adalah 50 meter.
Gambar yang nampak pada lensa theodolit
           
           
           
b.      Pengukuran Azimut
Setelah jarak ukur telah terbaca, maka secara otomatis dengan mudah azimut dapat pula secara langsung terbaca. Azimut itu dibaca pada teropong kecil yang di dalamnya menunjukkan angka-angka secara mendatar pada theodolit. Angka yang tepat berimpit dengan garis mendatar pada kotak adalah merupakan azimut yang dicari.

 




Gambar penentuan azimut
  1. Menggunakan Rol
Penggunaan kompas bersama dengan rol meter, maksudnya adalah sama dengan penggunaan theodolit. Rol meter digunakan untuk mengukur jarak dan kompas digunakan untuk menentukan arah.
Yang dilakukan dalam pengukuran yang menggunakan kompas dan rol meter adalah:
a.       Menentukan arah bidikan sebagai patokan yang arahnya lurus dan ditentukan arahnya. Misalnya yang dibidik adalah pohon, rumah, patok dan sebagainya yang bersifat permanen atau tetap agar apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dengan mudah dapat diulangi.
b.      Menentukan jaraknya dengan rol meter. Arah yang telah dibidik tadi dan diketahui arahnya melalui kompas diukur dengan rol meter.
Hasil penentuan arah dan jarak ini dicatat ke dalam kolom yang telah dibuat terlebih dahulu agar dalam pembuatan peta nantinya mudah dipahami.
C.    Tata Cara/Teknik Pelaksanaan
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penelitian adalah mengukur jarak antara dua buah titik yang berada pada garis dasar dan suatu titik ketiga dengan menggunakan peralatan berupa theodolit, ketiga titik tersebut membentuk sebuah segi tiga yang jika kita mengetahui sudutnya maka kita dapat menghitung panjang kedua sisinya.
Dalam hal pengukuran lapangan di Dusun Loka yang dijadikan patokan sebagai patokan adalah jarak ukur dalam meter dan kemiringan dalam greed yang diubah ke dalam derajat. Selanjutnya kelerengan ini diubah menjadi kemiringan dengan jalan mengalihkannya dengan jarak ukur.
Setelah mengukur jarak datar tersebut maka yang diperlukan diperhatikan pula adalah azimutnya. Hal ini sangat perlu dalam penggambaran untuk mengetahui arahnya. Dalam pengukuran lapangan di Dusun Samaya, Desa Romang Loe, azimut yang diukur adalah pengukuran dalam greed yang jika diubah menjadi derajat harus dikalikan dengan nilai 0,9.
D.    Pembuatan Peta
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu peta adalah:
1.      Pengumpulan data
2.      Pengolahan data
3.      Penggambaran peta
Langkah-langkah ini dilakukan agar dalam pembuatan peta, betul-betul dapat dipercaya dan sesuai dengan kenyataannya di lapangan atau di permukaan bumi.

1.      Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan agar memperoleh data-data yang akurat dalam pengukuran. Dalam kegiatan ini berbagai hal di antaranya adalah melakukan pengukuran yang kemudian data-datanya tersebut dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel yang telah disediakan sebelumnya. Proses pencatatan ini ikut serta dengan pengukuran, baik dalam pengukuran dengan teropong atau theodolit maupun kompas dan rol meter.
Jarak ukur merupakan hasil pengurangan dari antara batas bawah dengan batas atas (BA). Sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa batas atas adalah nilai yang terlihat pada garis datar bagian bawah dan batas bawah adalah nilai yang terlihat pada garis datar atas.
Pengukuran azimut adalah jalan mengatur angka-angka dalam kotak bahwa agar garis-garis horizontal atau garis tegak tepat berada pada antara angka yang ditunjukkan.
I
119                              120
     II
Kelerengan dapat dibaca langsung pada lensa yang terdapat pada theodolit. Setelah pengumpulan data-data ini maka dilanjutkan dengan pengolahan data.
2.      Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data.
a.       Analisis Jarak
Jarak diperoleh dari hasil pengurangan antara batas bawah dengan batas atas. Karena theodolit yang digunakan dalam pengukuran di Dusun Loka adalah theodolit Jerman yang terbaca dalam greed, maka sebelum dimasukkan ke dalam data terlebih, terlebih dahulu harus diubah ke dalam derajat. Jarak yang terbaca pada theodolit adalah jarak ukur sehingga harus diubah ke dalam jarak datar, dengan jalan mengalikan dengan bilangan 0,9.
Bilangan tersebut diperoleh dari:
Greed        = 400’
Derajat      = 360’
Maka jika greed diubah ke dalam derajat:
360
Jarak datar =  ------- = 0,9
                        400
Dengan demikian maka setiap bilangan yang dalam satu-satunya adalah greed, jika akan diubah ke dalam derajat harus dikalikan dengan 0,9.
Dalam penyusunan di Dusun Sumaya, Desa Romang Leo semua data-data pengukuran yang diperoleh adalah satuan greed, jika akan diubah terlebih dahulu ke dalam derajat.
Contoh analisis jarak:
Di Dusun Loka, diadakan pengukuran dan didapatkan bahwa batas bawah adalah 145 dan batas atas adalah 95 maka jarak datarnya adalah:
Dik. Jarak ukur
= 145 – 95 = 50 m
Apabila diketahui pelerengannya adalah 99,5 ; maka 99,5’ diubah ke dalam derajat = 89,55
Dengan demikian maka jarak datarnya adalah:
X = 50 cos (89,55 – 90)
    = 50 cos 0,45
    = 49,988 m
Jadi jarak datarnya adalah 49,998 m


b.      Analisis Azimuth
Azimuth dalam pengukuran di Dusun Sumaya, Desa Romang Leo dibagi atas dua bagian, yaitu arah depan dan arah belakang sehingga yang menjadi arah belakang harus diubah terlebih dahulu menjadi arah depan dengan jalan mengurangkannya dengan 180 setelah diubah ke dalam derajat.
Contoh analisis azimuth:
Pada pengukuran di Dusun Loka, diketahui azimuth ukurnya adalah 340.
Maka azimuth adalah:
Az = (340 – 200) x 0,9
     = 140 x 0,9
     = 126
c.       Analisis Kemiringan
Kelerengan yang diperoleh dalam pengukuran di Dusun Sumaya, Desa Romang Loe adalah azimut dalam satuan greed, analisisnya adalah sebagai berikut:
Pada pengukuran diketahui pelerengannya 99,5 maka kemiringannya adalah:
= (100 – 99,5) x 0,9
= 0,5 x 0,9
= 0,45 derajat
Catatan: Apabila terdapat angka minus, maka angka minus tersebut diabaikan.



3.      Penggambaran
Data-data yang diperoleh di lapangan, setelah diolah kemudian digambar. Cara penggambarannya adalah menarik garis dari satu titik ke titik yang lain. 
a.       Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah:
·         Mistar cm dan milimeter; digunakan untuk menarik garis dari titik yang satu ke titik yang lain.
·         Busur derajat; digunakan untuk mengukur sudut segitiga dari jarak yang satu ke jarak yang lain.
·         Kertas milimeter; digunakan untuk mempermudah penggambaran atau penarikan garis.
·         Kertas kalkir; digunakan untuk memindahkan garis dalam kertas milimeter agar lebih halus.
·         Pensil
Alat dan bahan-bahan ini sangat mendukung dalam penggambaran.
b.      Metode Penggambaran
Dalam penggambaran langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan skala berapa yang hendak digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan penggambaran melalui cara jarak datar ditentukan dalam cm secara keseluruhan, kemudian diukur dalam kertas milimeter ditentukan sudutnya dalam derajat (azimut). Dengan cara ini maka didapatkan garis yang merupakan hubungan antara satu titik dengan titik lainnya. Apabila gambar yang ditentukan skalanya tadi masih besar, maka skala tersebut dapat diperkecil dengan cara mengukur perkecilannya di kertas milimeter atau secara langsung dengan foto copy.
Hasil pengukuran di Dusun Loka, adalah sketsa jalan raya dan jalan-jalan biasa. Hasil pengukuran ini disertai dengan plot tanda-tanda yang ada di sekitarnya tempat diadakan pengukuran untuk mengetahui keberadaan tempat yang dipetakan.


BAB III
KAJIAN TEORI

A.    Pengertian Peta
Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang digambarkan seolah-olah dilihat dari atas serta dengan tulisan untuk identifikasi. Pengertian lain dari peta adalah gambaran dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang bersifat selektif di atas bidang datar melalui sebuah bidang proyeksi. Peta bersifat selektif artinya tidak semua penampakan atau gejala-gejala ditampakkan dalam peta tetapi yang dianggap perlu saja dan setelah melalui seleksi.
B.     Penggolongan Peta
Peta dapat digolongkan atas dasar, yaitu:
1.      Penggolongan berdasarkan skalanya, dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu:
a.       Peta skala besar, yakni semua peta yang mempunyai skala sampai 1 : 25.000. Peta ini isinya lebih mendetail artinya menggambarkan gejala-gejala yang lebih banyak.
b.      Peta skala sedang, biasanya disebut peta ikhtisar yakni semua peta yang berskala lebih dari 1 : 2.000.000. Peta ini hanya memuat gejala-gejala yang penting saja.
c.       Peta skala kecil, yakni semua peta yang skalanya lebih kecil dari 1 : 2.000.000 yang termasuk dalam peta ini adalah berupa peta dinding dan atlas.
2.      Penggolongan peta berdasarkan isinya, digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu:
a.       Peta Umum
Yaitu semua peta yang bersisikan keterangan yang bersifat umum, seperti: peta topografi, peta khorografi, peta dunia.
b.      Peta Khusus
Yaitu peta yang hanya berisikan keterangan-keterangan yang bersifat khusus dan biasanya hanya menggambarkan satu unsur saja, seperti peta politik, peta politik, peta curah hujan, peta tanah, peta-peta statistik, peta komunikasi dan sebagainya.
3.      Penggolongan peta berdasarkan metode penggambaran simbol digolongkan atas:
a.       Peta titik (dot maps), yaitu peta yang digambarkan dengan simbol titik atau dot.
b.      Peta isolines, yaitu semua peta yang digambarkan dengan garis-garis yang menyatakan kwantitas yang sama. 
c.       Peta-peta bagraf, yaitu peta yang digambarkan dengan menggunakan simbol diagram batang yang menunjukkan harga tunggal maupun harga majemuk.
d.      Peta lingkaran berbanding (proporsional sircle) dan peta piegraf, yakni semua peta yang digambarkan dengan simbol lingkaran berbanding atau dengan piegraf yang berharga majemuk/ganda.
e.       Peta pola (pattern maps), yaitu peta yang menggambarkan gejala dengan warna yang berbeda menurut penyebaran gejala.

C.    Syarat-syarat Peta
Untuk memenuhi kriteria sebuah peta yang baik, maka peta harus memenuhi beberapa syarat tertentu yang erat kaitannya sesuai dengan makna dan tujuannya.
Syarat-syarat sebuah peta adalah:
1.      Peta tidak boleh membingungkan, agar sebuah peta tidak membingungkan maka peta harus dilengkapi dengan judul peta, skala peta, legenda atau keterangan lengkap.
2.      Peta harus mudah dimengerti atau mudah ditangkap maknanya. Karena peta sebenarnya adalah mempermudah penyajian data-data atau angka-angka yang nampak rumit. Oleh sebab itu peta tidak boleh nyelimetnya dengan bahannya.
3.      Peta harus memberikan gambaran yang sebenarnya.
D.    Skala Peta
Peta merupakan penampakan permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar yang lebih jauh/kecil dari kenyataan di permukaan bumi. Perbandingan antara ukuran dan besarnya penampakan yang digambar ke dalam peta dengan penampakan aslinya yang disebut skala peta. Yang perlu diingat ialah bahwa skala peta hanya menyatakan perbandingan jarak-jarak mendatar saja, kecuali kalau dilengkapi dengan kontur maka skala dapat berfungsi menjadi perbandingan skala tegak. Tanpa skala peta, maka tidak dapat diukur atau tidak dapat diketahui ukuran-ukuran dalam penampakan peta.

Skala peta dapat dinyatakan dalam tiga tipe, yaitu:
1.      Skala pecahan atau numerical scale, yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk pecahan sederhana, misalnya:
Skala 1 : 20.000 atau ditulis
Ini berarti satu satuan jarak di peta sesuai dengan 20.000 satuan yang sama di permukaan bumi.
2.      Skala inci terhadap mil atau inch to mile scale yang disebut juga dengan verbal scale, dan lebih banyak digunakan oleh peta-peta Inggris dan AS. Skala ini menunjukkan sejumlah inci dalam peta sesuai dengan sejumlah mil di permukaan bumi. Contoh, skala 1 inch to 5 miles, artinya 1 inci jarak di peta sama dengan 5 mil di permukaan bumi.
3.      Skala grafik (graphic scale), skala ini ditunjukkan oleh sebuah garis yang umumnya digambarkan pada tengah-tengah sebelah bawah peta. Garis lurus tersebut dibagi-bagi dalam bagian yang sama secara teliti dan pada kedua ujung dari garis itu diberi angka yang menunjukkan garis yang sesungguhnya dimulai dengan angka nol. Contoh:
Skala grafik mempunyai keuntungan karena bila diperbesar atau diperkecil dengan foto, maka perbandingan skala terhadap peta akan tetap, tentu saja karena bagian peta ini ikut/skala ini ikut menjadi besar atau menjadi kecil. Skala grafik hanya digunakan pada peta dengan skala-skala besar.


E.     Simbol Peta
Untuk menyatakan suatu hal ke dalam peta, kita tidak menyatakan atau menggambarkannya seperti bentuk benda itu yang sebenarnya, melainkan kita pergunakan sebuah gambar pengganti atau simbol (subtitute). Dengan demikian dikenal adanya simbol persawahan, simbol jalan, simbol untuk kampung, simbol untuk pelabuhan, dan sebagainya.
Simbol yang dipergunakan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Simbol Titik (dot)
Dipergunakan untuk:
a.       Sekedar tanda, misalnya untuk menyatakan lebih sebuah kota atau lainnya.
b.      Menyatakan kuantitas, contohnya satu titik sama harganya 1000 orang, satu titik sama dengan 100 orang, dan sebagainya.
Simbol titik hanya dipergunakan untuk menyatakan penyebaran. Simbol titik atau dot digambarkan titik untuk dihitung, dan tidak boleh menyatakan jumlah dari pada hal yang digambarkan, melainkan hanya penyebarannya saja.
2.      Simbol Garis
Dipergunakan untuk:
a.       Tanda saja, misalnya jalan, rel kereta api, sungai dan sebagainya.
b.      Gambar yang menyatakan kuantitas. Dikenal di kalangan pemetaan dengan istilah iso-lines.
Simbol garis ini digunakan untuk menyatakan perbandingan nilai daerah yang satu dengan daerah lainnya, dengan kata lain apabila seseorang ingin mengetahui daerah mana yang nilanya besar dan mana yang kecil, digunakan isopleth. Dua garis isopleth tidak boleh memotong tapi boleh menyinggung.
3.      Simbol Batang
Jenisnya ada dua:
a.       Menyatakan harga tunggal
b.      Menyatakan harga majemuk
Simbol batang dengan harga tunggal digunakan untuk menyatakan satu harga, membandingkan dengan satu harga lainnya, misalnya rezim hujan bulanan, nampak bahwa satu batang memiliki harga sebesar jumlah hujan bulanan itu. Lebar batang sesuai dengan ukuran peta dan menurut rasa keindahan masing-masing.
Simbol batang dengan harga majemuk digunakan untuk menyatakan satu kesatuan harga, di mana yang terdiri dari beberapa bagian yang sifatnya berbeda.
4.      Simbol Lingkaran
Digunakan hanya sebagai tanda, misalnya kota, dan untuk menyatakan kualitas. Simbol lingkaran untuk menyatakan kualitas terdiri atas lingkaran majemuk dan lingkaran berbanding.
5.      Simbol Bola
Prinsip simbol bola sama dengan prinsip lingkaran berbanding, hanya saja yang harus berbanding bukan lagi luas bola, akan tetapi isi bola.


6.      Peta Bola
Peta bola dipergunakan untuk menyatakan perbedaan daerah, baik perbedaan saja maupun perbedaan gradasi. Caranya, yaitu tentukan dulu wilayahnya, misalnya kabupaten, kecamatan, atau kilometer/segi kemudian tentukan intervalnya. Cara penggambarannya lebih mudah.
F.     Membuat Peta
Orang yang mengukur tanah disebut peneliti tanah. Peneliti tanah melakukan pengukuran di lapangan dengan jalan mengumpulkan data kemudian merancang pembuatan peta. Pemetaan suatu daerah dimulai dengan menciptakan sebuah jaringan titik-titik dan mengukur jarak dan sudut antara titik-titik tersebut. Tahap selanjutnya adalah memetakan seluruh detail tanah, seperti sungai, jalan, dan lain-lainnya di antara titik-titik tetap yang akurat di dalam jaringan tersebut.
Langkah pertama di dalam penelitian adalah mengukur jarak antara dua buah titik yang terpisah beberapa meter di mana jarak ini disebut garis datar. Secara tradisional mengukur sebuah garis dasar dilakukan dengan menggunakan pita-pita logam.
Selanjutnya peneliti mengukur sudut antara dua buah titik yang berbeda pada ujung garis dasar dan suatu titik ketiga, dengan menggunakan peralatan teleskopi yang disebut theodolit. Ketiga titik membentuk sebuah segi tiga dan jika kita mengetahui panjang dari salah satu sisi segitiga dan ketiga sudutnya, maka kita dapat menghitung panjang kedua sisi lainnya. Peneliti kemudian terus menentukan posisi titik-titik lainnya ke dalam sebuah jaringan segitiga dengan hanya melakukan pengukuran sudut saja. Metode penelitian ini biasanya disebut dengan metode triangulasi.
Dalam menggambarkan peta, kita tidak mungkin menggambarkannya sesuai dengan bentuknya di muka bumi, melainkan yang dilakukan dalam penelitian adalah pengukuran jarak datarnya saja.
G.    Peta-peta yang Dihasilkan dalam Penelitian
  1. Peta Administratif
Peta administratif adalah peta yang menunjukkan batas-batas desa, jalur-jalur jalan dan daerah pantai saja. Dalam pembuatan peta administratif, terlebih dahulu harus diketahui batas-batas wilayah tersebut yang akan dipetakan. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari data-data, baik data-data primer maupun data-data sekunder.
a.       Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mengukur sendiri di lapangan.
b.      Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor atau badan administrasi daerah bersangkutan.
  1. Peta Tata Guna Lahan
Peta tata guna lahan adalah peta yang menampakkan pola pemanfaatan atau penggunaan lahan suatu daerah. Dalam membuat peta tata guna lahan, metode yang digunakan adalah teknik ploting, yaitu dengan menggunakan sketsa yang ada kemudian menggambarkan peta yang akan dinampakkan berupa pemukiman, persawahan, kebun campuran, hutan dan lain-lain.
  1. Peta Kualitas Pemukiman
Peta kualitas pemukiman adalah peta yang menampakkan bagaimana tingkat bagus tidaknya suatu daerah dengan menggunakan kategori: 
A.    Baik : apabila kondisi rumah turut mendukung dan mampu memberikan perlindungan total kepada penghuninya, yang berupa rumah permanen.
B.     Sedang : apabila kondisi rumah meskipun mampu memberikan dukungan namun dilihat dari kondisi rumahnya, misalnya masih beratap rumbia.
C.     Buruk : apabila kondisi rumah tidak mampu memberikan dukungan, misalnya kompleks perumahan kumuh.
  1. Peta Penyebaran Pemukiman
Peta penyebaran pemukiman adalah peta yang menampakkan tersebarnya rumah-rumah penduduk daerah yang dipetakan. Peta ini didasarkan pada interval-interval tertentu yang membedakan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.





BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

A.    Gambaran Umum Lokasi Praktek
Dusun Loka merupakan suatu dusun yang terletak di Kabupaten Bantaeng. Desa ini terletak kira-kira 120 km dari Kota Makassar.
Desa Loka ini tidak jauh dari ibukota Kabupaten Bantaeng. Jumlah penduduk daerah ini tidak berimbang jika dibandingkan dengan areal pertanian. Mata pencaharian utama penduduk Dusun Loka yaitu pada umumnya bergerak di bidang pertanian seperti padi dan lainnya. Jadi, sebagian besar penduduknya merupakan petani.
Adapun fasilitas yang ada di Dusun Loka tersebut terdiri dari fasilitas umum, seperti sarana pendidikan, sarana-sarana di bidang kesehatan dan lainnya.
Adapun ras atau suku dari daerah ini yaitu sebagian besar merupakan suku Bugis Makassar, serta agama yang dianut penduduk pada daerah ini adalah 100% merupakan agama Islam.
B.     Hasil Observasi
Adapun data/hasil observasi yang kami peroleh yaitu:





Patok
BA
BB
TT/BT
Kemiringan
Azimuth
Jarak Ukur
Jarak Datar
Jarak (cm)
Azimuth
Back Azimuth
Grid
Grid
Grid
T1P1
168
114
141
98,3
1,53
3202’23”
288
120
108
54
53,98
2,7
T1P2
159
123
141
98,2
1,62
3904’23”
351
190
171
36
35,98
1,8
T2P2
175
105
140
102,1
1,89
2008’52”
180
0
0
70
69,96
3,5
T2P3
168
112
140
98,4
1,44
3906’23”
351
190
171
56
55,98
2,8
T3P3
165
117
141
104
3,6
200
180
0
0
48
47,90
2,4
T3P4
188
94
141
97
2,7
39012’42”
351
190
171
94
93,89
4,7
T3P7
146
130
138
98,1
1,71
02’28”
0
200
180
16
11,99
0,6
T3P5
159
123
141
101,1
0,99
2800’8”
252
80
72
36
35,99
1,8
T4P3
162
114
138
98,2
1,62
2019’3”
18
220
198
48
47,98
2,4
T4P6
175
91
133
98,4
1,44
2206’21”
198
20
18
84
83,97
4,2
T5P6
173
105
139
99,2
0,72
1010’22”
9
210
189
68
67,99
3,4
T5P1
156
122
139
99,1
0,81
1202’15”
108
320
288
34
33,99
1,7
T6P7
168
114
141
102,4
2,16
3206’3”
288
120
108
54
53,96
2,7




BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dengan selesainya laporan ini, maka kami sebagai penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan:
·         Dengan adanya praktek lapangan ini, maka kami sebagai mahasiswa sedikit punya pengetahuan tentang alat-alat pengukuran seperti theodolit, kompas serta alat-alat lainnya seperti altimeter dan klinometer.
·         Dengan adanya pelaksanaan praktek lapangan ini, maka akan menambah wawasan kita.
B.     Saran
Kami sebagai penulis menyarankan agar pada pelaksanaan praktek yang berikutnya supaya lebih baik praktek.
·         Dengan selesainya praktek lapangan ini mahasiswa dapat mengetahui materi-materi yang akan dipraktekkan.

 .................................... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar